Rabu, 16 Desember 2015

Benarkah Polisi Jujur Hanya Ada 3 ?

Polisi Republik Indonesia, yang entah mengapa masyarakat kok jadi begitu alergi bila bicara tentang Polri.Bahkan bila bicara Polri yang jujur, katanya, hanya ada tiga, ini menurut Gus Dur, mungkin Gus Dur saat itu sedang bercanda, bukan serius, yaitu pertama, Pak Hugeng, Kapolri yang benar-benar hidupnya sederhana dan tak mempan disogok atau korupsi. Kedua, polisi tidur, dan yang ketiga patung polisi! Ironis sekali, kok sampai segitu “kejamnya” masyarakat pada Polisi, apa sih yang salah pada Polisi? Sampai-sampai bila bicara Polisi di Indonesia, yang jujur selalu yang dimunculkan tiga hal tersebut? Masa iya sekian ratus ribu Polisi di Indonesia semuanya tidak Jujur? Kalaupun ada yang jujur hanya satu, yaitu Pak Hugeng. Masa iya? Saya yakin tidak. Dan repotnya lagi, masa begitu “kejamnya” masyarakat pada Polisi, sampai-sampai membuat istilah jujur pada polisi tidur, dan patung polisi, terlalu! Apa sih yang menyebabkan Polri direndahkan sedemikian rupa oleh masyarakatnya sendiri? Oleh bangsanya sendiri? Dan ternyata hal tersebut tidak hanya terjadi Indonesia, di negara lain-lainpun bila bicara tanteng Polisi, selalu yang tidak baik, culun, dan korup. Masa iya semua polisi demikian? Saya yakin tidak, ya saya yakin seyakin-yakinnya tidak, banyak polisi yang hidupnya prihatin dan tetap menjujung tinggi integritas dirinya, di tengah-tengah kecaman terhadap dirinya sebagai anggota kepolisian Republik Indonesia. Ada diungkap beberapa media, Polisi yang sederhana, bersahaja dan tetap tegar ketika menjalankan tugas di tengah-tengah kecaman terhadapnya. Bisa anda bayangkan, betapa riskannya sebuah pekerjaan yang taruhanna nyawa, tetapi hasil kerjanya dicuekin, direndahkan, dikecilkan dan selalu dihinakan, dengan cerita tiga polisi jujur tersebut. Padahal kita tahu betapa banyak Polisi yang gugur di medan tugas, dengan meninggalkan istrinya, yang menjadi janda, dan anaknya, menjadi yatim, mengapa tidak melihat yang ini, mengapa yang dilihat selalu yang buruk, maka jadilah Polri selalu buruk dan menjatuhkan wibawa Polisi itu sendiri, kasihankan. Perkara ada yang buruk, okelah, tapi jangan lupa di intansi lain atau di lembaga lainnya, banyak juga yang buruk, lalu mengapa Polisi yang selalu disorot? Mengapa Polisi yang selalu dijadikan bahan ejekan atau hinaan? Bukankah Polisi telah bekerja keras mengamankan negeri ini di dalamnya? Bukankah mereka telah mempertarauhkan nyawanya agar masyarakat dapat nyenyak dalam tidurnya. Jangan lupakan itu. Loh ada apa nih kok tiba-toba Polisi dibelain? Bukan apa-apa, hanya mari kita dudukan Polisi secara proporsional saja, bila ada Polisi yang salah katakan salah, juga katakan yang benar, bila ada Polisi yang memang benar atau jujur. Jangan dipukul rata atau digeneralisasi, kasihan. Sudah berusaha untuk berbuat baik, tapi tetap saja di jelek-jelekan. Banyak Polisi yang juga taat ibadah, sebelum bertugas atau sedang bertugas, dengan pakaian seragamnya, mereka solat. Bahkan ditengah-tengah tugas, berhadapan dengan para demonstran, Polisi yang muslim, sampai sholat di tengah jalan, ini saya suka! Coba itu, lihat itu. Jadi jangan semuanya Polisi dianggap jelek, buruk, korup dan sebagainya. Banyak juga yang baiknya. Coba kalau semua Polisi tiba-tiba mogok massal, wah ini membahayakan negara, tidak ada yang mengamaninya atau tidak ada yang menjaga keamanan di dalam negeri, bahaya bukan? Nah coba, lihat begitu banyak cercaan pada Polisi, tapi anggota polisi tetap bekerja dengan baik, dan rasanya saya tak pernah mendengar ada polisi yang mogok atau di satuan Polda tertentu, misalnya mogok massal! Atau secara nasional di Hari Bhayangkara, misalnya Polisi mogok atau demonstrasi minta kenaikan gajinya? Apa jadinya kalau anggota Polisi secara nasional mogok? Atau anggota Polisi secara nasional tiba-tiba mengundurkan diri? Bukankah yang akan susah bangsa kita juga? Sudahlan, mari tempatkan Polisi secara proporsional, jangan selalu disudutkan, kalau selalu disudutkan bisa-bisa Polisi balas dendam. Mungkin itu yang terjadi ketika Polisi menangkap para komisioner KPK? Mungkin di puncak atasan mereka sudah begitu geram, Polisi disudutkan, atau Polisi mugkin, kalau ibarat manusia, sudah tak tahan dan tak sanggup lagi untuk menahan diri, maka tibalah balas dendam itu, semoga saya salah dalam hal ini. Nah sebagai penutup mari kita ucapkan terima kasih pada Polisi yang telah bertugas dengan susah payah dengan resiko nyawa melayang. Bahkan ada beberapa kejadian Polisi saling tembak pada sesamanya, atasan pada bawahan, dan bawahannya menembak atasan, bahkan ada juga yang sampai bunuh diri. Ada apa ini? Mungkin begitu banyak tekanan, sehingga Polisi, yang juga manusia biasa, berbuat diluar logika. Anggota Polisi juga manusia, punya hati dan perasaan, punya keluarga, anak atau istri yang menjadi tanggungannya.
sumber : http://www.kompasiana.com/virays/benarkah-polisi-jujur-hanya-ada-3_55487f0aaf7e61700a8b45ba









aya mulai dengan babak baru artikel saya ke 1001, kali ini tentang Polri, Polisi Republik Indonesia, yang entah mengapa masyarakat kok jadi begitu alergi bila bicara tentang Polri. Bahkan bila bicara Polri yang jujur, katanya, hanya ada tiga, ini menurut Gus Dur, mungkin Gus Dur saat itu sedang bercanda, bukan serius, yaitu pertama, Pak Hugeng, Kapolri yang benar-benar hidupnya sederhana dan tak mempan disogok atau korupsi. Kedua, polisi tidur, dan yang ketiga patung polisi! Ironis sekali, kok sampai segitu “kejamnya” masyarakat pada Polisi, apa sih yang salah pada Polisi? Sampai-sampai bila bicara Polisi di Indonesia, yang jujur selalu yang dimunculkan tiga hal tersebut? Masa iya sekian ratus ribu Polisi di Indonesia semuanya tidak Jujur? Kalaupun ada yang jujur hanya satu, yaitu Pak Hugeng. Masa iya? Saya yakin tidak. Dan repotnya lagi, masa begitu “kejamnya” masyarakat pada Polisi, sampai-sampai membuat istilah jujur pada polisi tidur, dan patung polisi, terlalu! Apa sih yang menyebabkan Polri direndahkan sedemikian rupa oleh masyarakatnya sendiri? Oleh bangsanya sendiri? Dan ternyata hal tersebut tidak hanya terjadi Indonesia, di negara lain-lainpun bila bicara tanteng Polisi, selalu yang tidak baik, culun, dan korup. Masa iya semua polisi demikian? Saya yakin tidak, ya saya yakin seyakin-yakinnya tidak, banyak polisi yang hidupnya prihatin dan tetap menjujung tinggi integritas dirinya, di tengah-tengah kecaman terhadap dirinya sebagai anggota kepolisian Republik Indonesia. Ada diungkap beberapa media, Polisi yang sederhana, bersahaja dan tetap tegar ketika menjalankan tugas di tengah-tengah kecaman terhadapnya. Bisa anda bayangkan, betapa riskannya sebuah pekerjaan yang taruhanna nyawa, tetapi hasil kerjanya dicuekin, direndahkan, dikecilkan dan selalu dihinakan, dengan cerita tiga polisi jujur tersebut. Padahal kita tahu betapa banyak Polisi yang gugur di medan tugas, dengan meninggalkan istrinya, yang menjadi janda, dan anaknya, menjadi yatim, mengapa tidak melihat yang ini, mengapa yang dilihat selalu yang buruk, maka jadilah Polri selalu buruk dan menjatuhkan wibawa Polisi itu sendiri, kasihankan. Perkara ada yang buruk, okelah, tapi jangan lupa di intansi lain atau di lembaga lainnya, banyak juga yang buruk, lalu mengapa Polisi yang selalu disorot? Mengapa Polisi yang selalu dijadikan bahan ejekan atau hinaan? Bukankah Polisi telah bekerja keras mengamankan negeri ini di dalamnya? Bukankah mereka telah mempertarauhkan nyawanya agar masyarakat dapat nyenyak dalam tidurnya. Jangan lupakan itu. Loh ada apa nih kok tiba-toba Polisi dibelain? Bukan apa-apa, hanya mari kita dudukan Polisi secara proporsional saja, bila ada Polisi yang salah katakan salah, juga katakan yang benar, bila ada Polisi yang memang benar atau jujur. Jangan dipukul rata atau digeneralisasi, kasihan. Sudah berusaha untuk berbuat baik, tapi tetap saja di jelek-jelekan. Banyak Polisi yang juga taat ibadah, sebelum bertugas atau sedang bertugas, dengan pakaian seragamnya, mereka solat. Bahkan ditengah-tengah tugas, berhadapan dengan para demonstran, Polisi yang muslim, sampai sholat di tengah jalan, ini saya suka! Coba itu, lihat itu. Jadi jangan semuanya Polisi dianggap jelek, buruk, korup dan sebagainya. Banyak juga yang baiknya. Coba kalau semua Polisi tiba-tiba mogok massal, wah ini membahayakan negara, tidak ada yang mengamaninya atau tidak ada yang menjaga keamanan di dalam negeri, bahaya bukan? Nah coba, lihat begitu banyak cercaan pada Polisi, tapi anggota polisi tetap bekerja dengan baik, dan rasanya saya tak pernah mendengar ada polisi yang mogok atau di satuan Polda tertentu, misalnya mogok massal! Atau secara nasional di Hari Bhayangkara, misalnya Polisi mogok atau demonstrasi minta kenaikan gajinya? Apa jadinya kalau anggota Polisi secara nasional mogok? Atau anggota Polisi secara nasional tiba-tiba mengundurkan diri? Bukankah yang akan susah bangsa kita juga? Sudahlan, mari tempatkan Polisi secara proporsional, jangan selalu disudutkan, kalau selalu disudutkan bisa-bisa Polisi balas dendam. Mungkin itu yang terjadi ketika Polisi menangkap para komisioner KPK? Mungkin di puncak atasan mereka sudah begitu geram, Polisi disudutkan, atau Polisi mugkin, kalau ibarat manusia, sudah tak tahan dan tak sanggup lagi untuk menahan diri, maka tibalah balas dendam itu, semoga saya salah dalam hal ini. Nah sebagai penutup mari kita ucapkan terima kasih pada Polisi yang telah bertugas dengan susah payah dengan resiko nyawa melayang. Bahkan ada beberapa kejadian Polisi saling tembak pada sesamanya, atasan pada bawahan, dan bawahannya menembak atasan, bahkan ada juga yang sampai bunuh diri. Ada apa ini? Mungkin begitu banyak tekanan, sehingga Polisi, yang juga manusia biasa, berbuat diluar logika. Anggota Polisi juga manusia, punya hati dan perasaan, punya keluarga, anak atau istri yang menjadi tanggungannya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/virays/benarkah-polisi-jujur-hanya-ada-3_55487f0aaf7e61700a8b45ba
aya mulai dengan babak baru artikel saya ke 1001, kali ini tentang Polri, Polisi Republik Indonesia, yang entah mengapa masyarakat kok jadi begitu alergi bila bicara tentang Polri. Bahkan bila bicara Polri yang jujur, katanya, hanya ada tiga, ini menurut Gus Dur, mungkin Gus Dur saat itu sedang bercanda, bukan serius, yaitu pertama, Pak Hugeng, Kapolri yang benar-benar hidupnya sederhana dan tak mempan disogok atau korupsi. Kedua, polisi tidur, dan yang ketiga patung polisi! Ironis sekali, kok sampai segitu “kejamnya” masyarakat pada Polisi, apa sih yang salah pada Polisi? Sampai-sampai bila bicara Polisi di Indonesia, yang jujur selalu yang dimunculkan tiga hal tersebut? Masa iya sekian ratus ribu Polisi di Indonesia semuanya tidak Jujur? Kalaupun ada yang jujur hanya satu, yaitu Pak Hugeng. Masa iya? Saya yakin tidak. Dan repotnya lagi, masa begitu “kejamnya” masyarakat pada Polisi, sampai-sampai membuat istilah jujur pada polisi tidur, dan patung polisi, terlalu! Apa sih yang menyebabkan Polri direndahkan sedemikian rupa oleh masyarakatnya sendiri? Oleh bangsanya sendiri? Dan ternyata hal tersebut tidak hanya terjadi Indonesia, di negara lain-lainpun bila bicara tanteng Polisi, selalu yang tidak baik, culun, dan korup. Masa iya semua polisi demikian? Saya yakin tidak, ya saya yakin seyakin-yakinnya tidak, banyak polisi yang hidupnya prihatin dan tetap menjujung tinggi integritas dirinya, di tengah-tengah kecaman terhadap dirinya sebagai anggota kepolisian Republik Indonesia. Ada diungkap beberapa media, Polisi yang sederhana, bersahaja dan tetap tegar ketika menjalankan tugas di tengah-tengah kecaman terhadapnya. Bisa anda bayangkan, betapa riskannya sebuah pekerjaan yang taruhanna nyawa, tetapi hasil kerjanya dicuekin, direndahkan, dikecilkan dan selalu dihinakan, dengan cerita tiga polisi jujur tersebut. Padahal kita tahu betapa banyak Polisi yang gugur di medan tugas, dengan meninggalkan istrinya, yang menjadi janda, dan anaknya, menjadi yatim, mengapa tidak melihat yang ini, mengapa yang dilihat selalu yang buruk, maka jadilah Polri selalu buruk dan menjatuhkan wibawa Polisi itu sendiri, kasihankan. Perkara ada yang buruk, okelah, tapi jangan lupa di intansi lain atau di lembaga lainnya, banyak juga yang buruk, lalu mengapa Polisi yang selalu disorot? Mengapa Polisi yang selalu dijadikan bahan ejekan atau hinaan? Bukankah Polisi telah bekerja keras mengamankan negeri ini di dalamnya? Bukankah mereka telah mempertarauhkan nyawanya agar masyarakat dapat nyenyak dalam tidurnya. Jangan lupakan itu. Loh ada apa nih kok tiba-toba Polisi dibelain? Bukan apa-apa, hanya mari kita dudukan Polisi secara proporsional saja, bila ada Polisi yang salah katakan salah, juga katakan yang benar, bila ada Polisi yang memang benar atau jujur. Jangan dipukul rata atau digeneralisasi, kasihan. Sudah berusaha untuk berbuat baik, tapi tetap saja di jelek-jelekan. Banyak Polisi yang juga taat ibadah, sebelum bertugas atau sedang bertugas, dengan pakaian seragamnya, mereka solat. Bahkan ditengah-tengah tugas, berhadapan dengan para demonstran, Polisi yang muslim, sampai sholat di tengah jalan, ini saya suka! Coba itu, lihat itu. Jadi jangan semuanya Polisi dianggap jelek, buruk, korup dan sebagainya. Banyak juga yang baiknya. Coba kalau semua Polisi tiba-tiba mogok massal, wah ini membahayakan negara, tidak ada yang mengamaninya atau tidak ada yang menjaga keamanan di dalam negeri, bahaya bukan? Nah coba, lihat begitu banyak cercaan pada Polisi, tapi anggota polisi tetap bekerja dengan baik, dan rasanya saya tak pernah mendengar ada polisi yang mogok atau di satuan Polda tertentu, misalnya mogok massal! Atau secara nasional di Hari Bhayangkara, misalnya Polisi mogok atau demonstrasi minta kenaikan gajinya? Apa jadinya kalau anggota Polisi secara nasional mogok? Atau anggota Polisi secara nasional tiba-tiba mengundurkan diri? Bukankah yang akan susah bangsa kita juga? Sudahlan, mari tempatkan Polisi secara proporsional, jangan selalu disudutkan, kalau selalu disudutkan bisa-bisa Polisi balas dendam. Mungkin itu yang terjadi ketika Polisi menangkap para komisioner KPK? Mungkin di puncak atasan mereka sudah begitu geram, Polisi disudutkan, atau Polisi mugkin, kalau ibarat manusia, sudah tak tahan dan tak sanggup lagi untuk menahan diri, maka tibalah balas dendam itu, semoga saya salah dalam hal ini. Nah sebagai penutup mari kita ucapkan terima kasih pada Polisi yang telah bertugas dengan susah payah dengan resiko nyawa melayang. Bahkan ada beberapa kejadian Polisi saling tembak pada sesamanya, atasan pada bawahan, dan bawahannya menembak atasan, bahkan ada juga yang sampai bunuh diri. Ada apa ini? Mungkin begitu banyak tekanan, sehingga Polisi, yang juga manusia biasa, berbuat diluar logika. Anggota Polisi juga manusia, punya hati dan perasaan, punya keluarga, anak atau istri yang menjadi tanggungannya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/virays/benarkah-polisi-jujur-hanya-ada-3_55487f0aaf7e61700a8b45ba
Saya mulai dengan babak baru artikel saya ke 1001, kali ini tentang Polri, Polisi Republik Indonesia, yang entah mengapa masyarakat kok jadi begitu alergi bila bicara tentang Polri. Bahkan bila bicara Polri yang jujur, katanya, hanya ada tiga, ini menurut Gus Dur, mungkin Gus Dur saat itu sedang bercanda, bukan serius, yaitu pertama, Pak Hugeng, Kapolri yang benar-benar hidupnya sederhana dan tak mempan disogok atau korupsi. Kedua, polisi tidur, dan yang ketiga patung polisi! Ironis sekali, kok sampai segitu “kejamnya” masyarakat pada Polisi, apa sih yang salah pada Polisi? Sampai-sampai bila bicara Polisi di Indonesia, yang jujur selalu yang dimunculkan tiga hal tersebut? Masa iya sekian ratus ribu Polisi di Indonesia semuanya tidak Jujur? Kalaupun ada yang jujur hanya satu, yaitu Pak Hugeng. Masa iya? Saya yakin tidak. Dan repotnya lagi, masa begitu “kejamnya” masyarakat pada Polisi, sampai-sampai membuat istilah jujur pada polisi tidur, dan patung polisi, terlalu! Apa sih yang menyebabkan Polri direndahkan sedemikian rupa oleh masyarakatnya sendiri? Oleh bangsanya sendiri? Dan ternyata hal tersebut tidak hanya terjadi Indonesia, di negara lain-lainpun bila bicara tanteng Polisi, selalu yang tidak baik, culun, dan korup. Masa iya semua polisi demikian? Saya yakin tidak, ya saya yakin seyakin-yakinnya tidak, banyak polisi yang hidupnya prihatin dan tetap menjujung tinggi integritas dirinya, di tengah-tengah kecaman terhadap dirinya sebagai anggota kepolisian Republik Indonesia. Ada diungkap beberapa media, Polisi yang sederhana, bersahaja dan tetap tegar ketika menjalankan tugas di tengah-tengah kecaman terhadapnya. Bisa anda bayangkan, betapa riskannya sebuah pekerjaan yang taruhanna nyawa, tetapi hasil kerjanya dicuekin, direndahkan, dikecilkan dan selalu dihinakan, dengan cerita tiga polisi jujur tersebut. Padahal kita tahu betapa banyak Polisi yang gugur di medan tugas, dengan meninggalkan istrinya, yang menjadi janda, dan anaknya, menjadi yatim, mengapa tidak melihat yang ini, mengapa yang dilihat selalu yang buruk, maka jadilah Polri selalu buruk dan menjatuhkan wibawa Polisi itu sendiri, kasihankan. Perkara ada yang buruk, okelah, tapi jangan lupa di intansi lain atau di lembaga lainnya, banyak juga yang buruk, lalu mengapa Polisi yang selalu disorot? Mengapa Polisi yang selalu dijadikan bahan ejekan atau hinaan? Bukankah Polisi telah bekerja keras mengamankan negeri ini di dalamnya? Bukankah mereka telah mempertarauhkan nyawanya agar masyarakat dapat nyenyak dalam tidurnya. Jangan lupakan itu. Loh ada apa nih kok tiba-toba Polisi dibelain? Bukan apa-apa, hanya mari kita dudukan Polisi secara proporsional saja, bila ada Polisi yang salah katakan salah, juga katakan yang benar, bila ada Polisi yang memang benar atau jujur. Jangan dipukul rata atau digeneralisasi, kasihan. Sudah berusaha untuk berbuat baik, tapi tetap saja di jelek-jelekan. Banyak Polisi yang juga taat ibadah, sebelum bertugas atau sedang bertugas, dengan pakaian seragamnya, mereka solat. Bahkan ditengah-tengah tugas, berhadapan dengan para demonstran, Polisi yang muslim, sampai sholat di tengah jalan, ini saya suka! Coba itu, lihat itu. Jadi jangan semuanya Polisi dianggap jelek, buruk, korup dan sebagainya. Banyak juga yang baiknya. Coba kalau semua Polisi tiba-tiba mogok massal, wah ini membahayakan negara, tidak ada yang mengamaninya atau tidak ada yang menjaga keamanan di dalam negeri, bahaya bukan? Nah coba, lihat begitu banyak cercaan pada Polisi, tapi anggota polisi tetap bekerja dengan baik, dan rasanya saya tak pernah mendengar ada polisi yang mogok atau di satuan Polda tertentu, misalnya mogok massal! Atau secara nasional di Hari Bhayangkara, misalnya Polisi mogok atau demonstrasi minta kenaikan gajinya? Apa jadinya kalau anggota Polisi secara nasional mogok? Atau anggota Polisi secara nasional tiba-tiba mengundurkan diri? Bukankah yang akan susah bangsa kita juga? Sudahlan, mari tempatkan Polisi secara proporsional, jangan selalu disudutkan, kalau selalu disudutkan bisa-bisa Polisi balas dendam. Mungkin itu yang terjadi ketika Polisi menangkap para komisioner KPK? Mungkin di puncak atasan mereka sudah begitu geram, Polisi disudutkan, atau Polisi mugkin, kalau ibarat manusia, sudah tak tahan dan tak sanggup lagi untuk menahan diri, maka tibalah balas dendam itu, semoga saya salah dalam hal ini. Nah sebagai penutup mari kita ucapkan terima kasih pada Polisi yang telah bertugas dengan susah payah dengan resiko nyawa melayang. Bahkan ada beberapa kejadian Polisi saling tembak pada sesamanya, atasan pada bawahan, dan bawahannya menembak atasan, bahkan ada juga yang sampai bunuh diri. Ada apa ini? Mungkin begitu banyak tekanan, sehingga Polisi, yang juga manusia biasa, berbuat diluar logika. Anggota Polisi juga manusia, punya hati dan perasaan, punya keluarga, anak atau istri yang menjadi tanggungannya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/virays/benarkah-polisi-jujur-hanya-ada-3_55487f0aaf7e61700a8b45ba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Random Post