Kamis, 14 Januari 2016

INILAH RAHASIA BESAR SANG AYAH YANG TIDAK DIKETAHUI ANAK SEDUNIA!


INSPIRASI »

INILAH RAHASIA BESAR SANG AYAH YANG TIDAK DIKETAHUI ANAK SEDUNIA!
Betapa besarnya pengorbanan seorang Ayah yang anda ataupun saya tidak menyadarinya sebab Ayah tidak pernah mengungkapkan ini pada anak-anaknya, dia melakukan dan terus melakukan ini demi anak-anaknya tanpa mengharapkan balasan dari sang anak hingga beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir

Memang dari sisi Agama, Ulama telah banyak menjelaskan tentang keutamaan antara seorang Ayah meupun ibu, dimana peran ibu tiga kali lebih mulia dari Ayah, sebagaimana Sabda Rasulullah :
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Bahkan hal ini diperkuat oleh Ayat Al Qur’an :

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)

Namun, banyak yang tidak mengetahui kelebihan seorang Ayah yang sering di rahasiakan sang Ayah kepada anaknya, untuk lebih jelasnya simak kisah berikut yang kami kutip dari blog.palingseru.com :
Mungkin ibu lebih kerap menelpon untuk menanyakan keadaanku setiap hari, tapi apakah aku tahu, bahwa sebenarnya ayahlah yang mengingatkan ibu untuk meneleponku? Semasa kecil, ibukulah yang lebih sering menggendongku. Tapi apakah aku tau bahwa ketika ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah yang selalu menanyakan apa yang aku lakukan seharian, walau beliau tak bertanya langsung kepadaku karena saking letihnya mencari nafkah dan melihatku terlelap dalam tidur nyenyakku.

Saat aku sakit demam, ayah membentakku “Sudah diberitahu, Jangan minum es!” Lantas aku merengut menjauhi ayahku dan menangis didepan ibu.

Tapi apakah aku tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaanku, sampai beliau hanya bisa menggigit bibir menahan kesakitanku.

Ketika aku remaja, aku meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata “Tidak boleh! ”Sadarkah aku, bahwa ayahku hanya ingin menjaga aku, beliau lebih tahu dunia luar, dibandingkan aku bahkan ibuku?

Karena bagi ayah, aku adalah sesuatu yang sangat berharga. Saat aku sudah dipercayai olehnya, ayah pun melonggarkan peraturannya.

Maka kadang aku melanggar kepercayaannya. Ayahlah yang setia menunggu aku diruang tamu dengan rasa sangat risau, bahkan sampai menyuruh ibu untuk mengontak beberapa temannya untuk menanyakan keadaanku, ”dimana, dan sedang apa aku diluar sana.”

Setelah aku dewasa, walau ibu yang mengantar aku ke sekolah untuk belajar, tapi tahukah aku, bahwa ayahlah yang berkata: Ibu, temanilah anakmu, aku pergi mencari nafkah dulu buat kita bersama.

Disaat aku merengek memerlukan ini – itu, untuk keperluan kuliahku, ayah hanya mengerutkan dahi, tanpa menolak, beliau memenuhinya, dan cuma berpikir, kemana aku harus mencari uang tambahan, padahal gajiku pas-pasan dan sudah tidak ada lagi tempat untuk meminjam.

Saat aku berjaya. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukku. Ayahlah yang mengabari sanak saudara, ”anakku sekarang sukses.” Walau kadang aku cuma bisa membelikan baju koko itu pun cuma setahun sekali. Ayah akan tersenyum dengan bangga.

Dalam sujudnya ayah juga tidak kalah dengan doanya ibu, cuma bedanya ayah simpan doa itu dalam hatinya. Sampai ketika nanti aku menemukan jodohku, ayahku akan sangat berhati – hati mengizinkannya.

Dan akhirnya, saat ayah melihatku duduk diatas pelaminan bersama pasanganku, ayahpun tersenyum bahagia. Lantas pernahkah aku memergoki, bahwa ayah sempat pergi ke belakang dan menangis? Ayah menangis karena ayah sangat bahagia. Dan beliau pun berdoa, “Ya Alloh, tugasku telah selesai dengan baik. Bahagiakanlah putra putri kecilku yang manis bersama pasangannya.

”Pesan ibu ke anak untuk seorang Ayah”
Anakku..
Memang ayah tidak mengandungmu, tapi darahnya mengalir di darahmu, namanya melekat dinamamu … Memang ayah tak melahirkanmu, Memang ayah tak menyusuimu, tapi dari keringatnyalah setiap tetesan yang menjadi air susumu …

Nak..
Ayah memang tak menjagaimu setiap saat, tapi tahukah kau dalam do’anya selalu ada namamu disebutnya … Tangisan ayah mungkin tak pernah kau dengar karena dia ingin terlihat kuat agar kau tak ragu untuk berlindung di lengannya dan dadanya ketika kau merasa tak aman…
Pelukan ayahmu mungkin tak sehangat dan seerat bunda, karena kecintaanya dia takut tak sanggup melepaskanmu… Dia ingin kau mandiri, agar ketika kami tiada kau sanggup menghadapi semua sendiri..

Bunda hanya ingin kau tahu nak.. bahwa… Cinta ayah kepadamu sama besarnya dengan cinta bunda.. Anakku… Jadi didirinya juga terdapat surga bagimu… Maka hormati dan sayangi ayahmu.

Terima Kasih Ayah
Bagikan tulisan sederhana kepada semua temanmu, agar kita semua tahu rahasia besar seorang ayah.


Rabu, 16 Desember 2015

Benarkah Polisi Jujur Hanya Ada 3 ?

Polisi Republik Indonesia, yang entah mengapa masyarakat kok jadi begitu alergi bila bicara tentang Polri.Bahkan bila bicara Polri yang jujur, katanya, hanya ada tiga, ini menurut Gus Dur, mungkin Gus Dur saat itu sedang bercanda, bukan serius, yaitu pertama, Pak Hugeng, Kapolri yang benar-benar hidupnya sederhana dan tak mempan disogok atau korupsi. Kedua, polisi tidur, dan yang ketiga patung polisi! Ironis sekali, kok sampai segitu “kejamnya” masyarakat pada Polisi, apa sih yang salah pada Polisi? Sampai-sampai bila bicara Polisi di Indonesia, yang jujur selalu yang dimunculkan tiga hal tersebut? Masa iya sekian ratus ribu Polisi di Indonesia semuanya tidak Jujur? Kalaupun ada yang jujur hanya satu, yaitu Pak Hugeng. Masa iya? Saya yakin tidak. Dan repotnya lagi, masa begitu “kejamnya” masyarakat pada Polisi, sampai-sampai membuat istilah jujur pada polisi tidur, dan patung polisi, terlalu! Apa sih yang menyebabkan Polri direndahkan sedemikian rupa oleh masyarakatnya sendiri? Oleh bangsanya sendiri? Dan ternyata hal tersebut tidak hanya terjadi Indonesia, di negara lain-lainpun bila bicara tanteng Polisi, selalu yang tidak baik, culun, dan korup. Masa iya semua polisi demikian? Saya yakin tidak, ya saya yakin seyakin-yakinnya tidak, banyak polisi yang hidupnya prihatin dan tetap menjujung tinggi integritas dirinya, di tengah-tengah kecaman terhadap dirinya sebagai anggota kepolisian Republik Indonesia. Ada diungkap beberapa media, Polisi yang sederhana, bersahaja dan tetap tegar ketika menjalankan tugas di tengah-tengah kecaman terhadapnya. Bisa anda bayangkan, betapa riskannya sebuah pekerjaan yang taruhanna nyawa, tetapi hasil kerjanya dicuekin, direndahkan, dikecilkan dan selalu dihinakan, dengan cerita tiga polisi jujur tersebut. Padahal kita tahu betapa banyak Polisi yang gugur di medan tugas, dengan meninggalkan istrinya, yang menjadi janda, dan anaknya, menjadi yatim, mengapa tidak melihat yang ini, mengapa yang dilihat selalu yang buruk, maka jadilah Polri selalu buruk dan menjatuhkan wibawa Polisi itu sendiri, kasihankan. Perkara ada yang buruk, okelah, tapi jangan lupa di intansi lain atau di lembaga lainnya, banyak juga yang buruk, lalu mengapa Polisi yang selalu disorot? Mengapa Polisi yang selalu dijadikan bahan ejekan atau hinaan? Bukankah Polisi telah bekerja keras mengamankan negeri ini di dalamnya? Bukankah mereka telah mempertarauhkan nyawanya agar masyarakat dapat nyenyak dalam tidurnya. Jangan lupakan itu. Loh ada apa nih kok tiba-toba Polisi dibelain? Bukan apa-apa, hanya mari kita dudukan Polisi secara proporsional saja, bila ada Polisi yang salah katakan salah, juga katakan yang benar, bila ada Polisi yang memang benar atau jujur. Jangan dipukul rata atau digeneralisasi, kasihan. Sudah berusaha untuk berbuat baik, tapi tetap saja di jelek-jelekan. Banyak Polisi yang juga taat ibadah, sebelum bertugas atau sedang bertugas, dengan pakaian seragamnya, mereka solat. Bahkan ditengah-tengah tugas, berhadapan dengan para demonstran, Polisi yang muslim, sampai sholat di tengah jalan, ini saya suka! Coba itu, lihat itu. Jadi jangan semuanya Polisi dianggap jelek, buruk, korup dan sebagainya. Banyak juga yang baiknya. Coba kalau semua Polisi tiba-tiba mogok massal, wah ini membahayakan negara, tidak ada yang mengamaninya atau tidak ada yang menjaga keamanan di dalam negeri, bahaya bukan? Nah coba, lihat begitu banyak cercaan pada Polisi, tapi anggota polisi tetap bekerja dengan baik, dan rasanya saya tak pernah mendengar ada polisi yang mogok atau di satuan Polda tertentu, misalnya mogok massal! Atau secara nasional di Hari Bhayangkara, misalnya Polisi mogok atau demonstrasi minta kenaikan gajinya? Apa jadinya kalau anggota Polisi secara nasional mogok? Atau anggota Polisi secara nasional tiba-tiba mengundurkan diri? Bukankah yang akan susah bangsa kita juga? Sudahlan, mari tempatkan Polisi secara proporsional, jangan selalu disudutkan, kalau selalu disudutkan bisa-bisa Polisi balas dendam. Mungkin itu yang terjadi ketika Polisi menangkap para komisioner KPK? Mungkin di puncak atasan mereka sudah begitu geram, Polisi disudutkan, atau Polisi mugkin, kalau ibarat manusia, sudah tak tahan dan tak sanggup lagi untuk menahan diri, maka tibalah balas dendam itu, semoga saya salah dalam hal ini. Nah sebagai penutup mari kita ucapkan terima kasih pada Polisi yang telah bertugas dengan susah payah dengan resiko nyawa melayang. Bahkan ada beberapa kejadian Polisi saling tembak pada sesamanya, atasan pada bawahan, dan bawahannya menembak atasan, bahkan ada juga yang sampai bunuh diri. Ada apa ini? Mungkin begitu banyak tekanan, sehingga Polisi, yang juga manusia biasa, berbuat diluar logika. Anggota Polisi juga manusia, punya hati dan perasaan, punya keluarga, anak atau istri yang menjadi tanggungannya.
sumber : http://www.kompasiana.com/virays/benarkah-polisi-jujur-hanya-ada-3_55487f0aaf7e61700a8b45ba









aya mulai dengan babak baru artikel saya ke 1001, kali ini tentang Polri, Polisi Republik Indonesia, yang entah mengapa masyarakat kok jadi begitu alergi bila bicara tentang Polri. Bahkan bila bicara Polri yang jujur, katanya, hanya ada tiga, ini menurut Gus Dur, mungkin Gus Dur saat itu sedang bercanda, bukan serius, yaitu pertama, Pak Hugeng, Kapolri yang benar-benar hidupnya sederhana dan tak mempan disogok atau korupsi. Kedua, polisi tidur, dan yang ketiga patung polisi! Ironis sekali, kok sampai segitu “kejamnya” masyarakat pada Polisi, apa sih yang salah pada Polisi? Sampai-sampai bila bicara Polisi di Indonesia, yang jujur selalu yang dimunculkan tiga hal tersebut? Masa iya sekian ratus ribu Polisi di Indonesia semuanya tidak Jujur? Kalaupun ada yang jujur hanya satu, yaitu Pak Hugeng. Masa iya? Saya yakin tidak. Dan repotnya lagi, masa begitu “kejamnya” masyarakat pada Polisi, sampai-sampai membuat istilah jujur pada polisi tidur, dan patung polisi, terlalu! Apa sih yang menyebabkan Polri direndahkan sedemikian rupa oleh masyarakatnya sendiri? Oleh bangsanya sendiri? Dan ternyata hal tersebut tidak hanya terjadi Indonesia, di negara lain-lainpun bila bicara tanteng Polisi, selalu yang tidak baik, culun, dan korup. Masa iya semua polisi demikian? Saya yakin tidak, ya saya yakin seyakin-yakinnya tidak, banyak polisi yang hidupnya prihatin dan tetap menjujung tinggi integritas dirinya, di tengah-tengah kecaman terhadap dirinya sebagai anggota kepolisian Republik Indonesia. Ada diungkap beberapa media, Polisi yang sederhana, bersahaja dan tetap tegar ketika menjalankan tugas di tengah-tengah kecaman terhadapnya. Bisa anda bayangkan, betapa riskannya sebuah pekerjaan yang taruhanna nyawa, tetapi hasil kerjanya dicuekin, direndahkan, dikecilkan dan selalu dihinakan, dengan cerita tiga polisi jujur tersebut. Padahal kita tahu betapa banyak Polisi yang gugur di medan tugas, dengan meninggalkan istrinya, yang menjadi janda, dan anaknya, menjadi yatim, mengapa tidak melihat yang ini, mengapa yang dilihat selalu yang buruk, maka jadilah Polri selalu buruk dan menjatuhkan wibawa Polisi itu sendiri, kasihankan. Perkara ada yang buruk, okelah, tapi jangan lupa di intansi lain atau di lembaga lainnya, banyak juga yang buruk, lalu mengapa Polisi yang selalu disorot? Mengapa Polisi yang selalu dijadikan bahan ejekan atau hinaan? Bukankah Polisi telah bekerja keras mengamankan negeri ini di dalamnya? Bukankah mereka telah mempertarauhkan nyawanya agar masyarakat dapat nyenyak dalam tidurnya. Jangan lupakan itu. Loh ada apa nih kok tiba-toba Polisi dibelain? Bukan apa-apa, hanya mari kita dudukan Polisi secara proporsional saja, bila ada Polisi yang salah katakan salah, juga katakan yang benar, bila ada Polisi yang memang benar atau jujur. Jangan dipukul rata atau digeneralisasi, kasihan. Sudah berusaha untuk berbuat baik, tapi tetap saja di jelek-jelekan. Banyak Polisi yang juga taat ibadah, sebelum bertugas atau sedang bertugas, dengan pakaian seragamnya, mereka solat. Bahkan ditengah-tengah tugas, berhadapan dengan para demonstran, Polisi yang muslim, sampai sholat di tengah jalan, ini saya suka! Coba itu, lihat itu. Jadi jangan semuanya Polisi dianggap jelek, buruk, korup dan sebagainya. Banyak juga yang baiknya. Coba kalau semua Polisi tiba-tiba mogok massal, wah ini membahayakan negara, tidak ada yang mengamaninya atau tidak ada yang menjaga keamanan di dalam negeri, bahaya bukan? Nah coba, lihat begitu banyak cercaan pada Polisi, tapi anggota polisi tetap bekerja dengan baik, dan rasanya saya tak pernah mendengar ada polisi yang mogok atau di satuan Polda tertentu, misalnya mogok massal! Atau secara nasional di Hari Bhayangkara, misalnya Polisi mogok atau demonstrasi minta kenaikan gajinya? Apa jadinya kalau anggota Polisi secara nasional mogok? Atau anggota Polisi secara nasional tiba-tiba mengundurkan diri? Bukankah yang akan susah bangsa kita juga? Sudahlan, mari tempatkan Polisi secara proporsional, jangan selalu disudutkan, kalau selalu disudutkan bisa-bisa Polisi balas dendam. Mungkin itu yang terjadi ketika Polisi menangkap para komisioner KPK? Mungkin di puncak atasan mereka sudah begitu geram, Polisi disudutkan, atau Polisi mugkin, kalau ibarat manusia, sudah tak tahan dan tak sanggup lagi untuk menahan diri, maka tibalah balas dendam itu, semoga saya salah dalam hal ini. Nah sebagai penutup mari kita ucapkan terima kasih pada Polisi yang telah bertugas dengan susah payah dengan resiko nyawa melayang. Bahkan ada beberapa kejadian Polisi saling tembak pada sesamanya, atasan pada bawahan, dan bawahannya menembak atasan, bahkan ada juga yang sampai bunuh diri. Ada apa ini? Mungkin begitu banyak tekanan, sehingga Polisi, yang juga manusia biasa, berbuat diluar logika. Anggota Polisi juga manusia, punya hati dan perasaan, punya keluarga, anak atau istri yang menjadi tanggungannya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/virays/benarkah-polisi-jujur-hanya-ada-3_55487f0aaf7e61700a8b45ba
aya mulai dengan babak baru artikel saya ke 1001, kali ini tentang Polri, Polisi Republik Indonesia, yang entah mengapa masyarakat kok jadi begitu alergi bila bicara tentang Polri. Bahkan bila bicara Polri yang jujur, katanya, hanya ada tiga, ini menurut Gus Dur, mungkin Gus Dur saat itu sedang bercanda, bukan serius, yaitu pertama, Pak Hugeng, Kapolri yang benar-benar hidupnya sederhana dan tak mempan disogok atau korupsi. Kedua, polisi tidur, dan yang ketiga patung polisi! Ironis sekali, kok sampai segitu “kejamnya” masyarakat pada Polisi, apa sih yang salah pada Polisi? Sampai-sampai bila bicara Polisi di Indonesia, yang jujur selalu yang dimunculkan tiga hal tersebut? Masa iya sekian ratus ribu Polisi di Indonesia semuanya tidak Jujur? Kalaupun ada yang jujur hanya satu, yaitu Pak Hugeng. Masa iya? Saya yakin tidak. Dan repotnya lagi, masa begitu “kejamnya” masyarakat pada Polisi, sampai-sampai membuat istilah jujur pada polisi tidur, dan patung polisi, terlalu! Apa sih yang menyebabkan Polri direndahkan sedemikian rupa oleh masyarakatnya sendiri? Oleh bangsanya sendiri? Dan ternyata hal tersebut tidak hanya terjadi Indonesia, di negara lain-lainpun bila bicara tanteng Polisi, selalu yang tidak baik, culun, dan korup. Masa iya semua polisi demikian? Saya yakin tidak, ya saya yakin seyakin-yakinnya tidak, banyak polisi yang hidupnya prihatin dan tetap menjujung tinggi integritas dirinya, di tengah-tengah kecaman terhadap dirinya sebagai anggota kepolisian Republik Indonesia. Ada diungkap beberapa media, Polisi yang sederhana, bersahaja dan tetap tegar ketika menjalankan tugas di tengah-tengah kecaman terhadapnya. Bisa anda bayangkan, betapa riskannya sebuah pekerjaan yang taruhanna nyawa, tetapi hasil kerjanya dicuekin, direndahkan, dikecilkan dan selalu dihinakan, dengan cerita tiga polisi jujur tersebut. Padahal kita tahu betapa banyak Polisi yang gugur di medan tugas, dengan meninggalkan istrinya, yang menjadi janda, dan anaknya, menjadi yatim, mengapa tidak melihat yang ini, mengapa yang dilihat selalu yang buruk, maka jadilah Polri selalu buruk dan menjatuhkan wibawa Polisi itu sendiri, kasihankan. Perkara ada yang buruk, okelah, tapi jangan lupa di intansi lain atau di lembaga lainnya, banyak juga yang buruk, lalu mengapa Polisi yang selalu disorot? Mengapa Polisi yang selalu dijadikan bahan ejekan atau hinaan? Bukankah Polisi telah bekerja keras mengamankan negeri ini di dalamnya? Bukankah mereka telah mempertarauhkan nyawanya agar masyarakat dapat nyenyak dalam tidurnya. Jangan lupakan itu. Loh ada apa nih kok tiba-toba Polisi dibelain? Bukan apa-apa, hanya mari kita dudukan Polisi secara proporsional saja, bila ada Polisi yang salah katakan salah, juga katakan yang benar, bila ada Polisi yang memang benar atau jujur. Jangan dipukul rata atau digeneralisasi, kasihan. Sudah berusaha untuk berbuat baik, tapi tetap saja di jelek-jelekan. Banyak Polisi yang juga taat ibadah, sebelum bertugas atau sedang bertugas, dengan pakaian seragamnya, mereka solat. Bahkan ditengah-tengah tugas, berhadapan dengan para demonstran, Polisi yang muslim, sampai sholat di tengah jalan, ini saya suka! Coba itu, lihat itu. Jadi jangan semuanya Polisi dianggap jelek, buruk, korup dan sebagainya. Banyak juga yang baiknya. Coba kalau semua Polisi tiba-tiba mogok massal, wah ini membahayakan negara, tidak ada yang mengamaninya atau tidak ada yang menjaga keamanan di dalam negeri, bahaya bukan? Nah coba, lihat begitu banyak cercaan pada Polisi, tapi anggota polisi tetap bekerja dengan baik, dan rasanya saya tak pernah mendengar ada polisi yang mogok atau di satuan Polda tertentu, misalnya mogok massal! Atau secara nasional di Hari Bhayangkara, misalnya Polisi mogok atau demonstrasi minta kenaikan gajinya? Apa jadinya kalau anggota Polisi secara nasional mogok? Atau anggota Polisi secara nasional tiba-tiba mengundurkan diri? Bukankah yang akan susah bangsa kita juga? Sudahlan, mari tempatkan Polisi secara proporsional, jangan selalu disudutkan, kalau selalu disudutkan bisa-bisa Polisi balas dendam. Mungkin itu yang terjadi ketika Polisi menangkap para komisioner KPK? Mungkin di puncak atasan mereka sudah begitu geram, Polisi disudutkan, atau Polisi mugkin, kalau ibarat manusia, sudah tak tahan dan tak sanggup lagi untuk menahan diri, maka tibalah balas dendam itu, semoga saya salah dalam hal ini. Nah sebagai penutup mari kita ucapkan terima kasih pada Polisi yang telah bertugas dengan susah payah dengan resiko nyawa melayang. Bahkan ada beberapa kejadian Polisi saling tembak pada sesamanya, atasan pada bawahan, dan bawahannya menembak atasan, bahkan ada juga yang sampai bunuh diri. Ada apa ini? Mungkin begitu banyak tekanan, sehingga Polisi, yang juga manusia biasa, berbuat diluar logika. Anggota Polisi juga manusia, punya hati dan perasaan, punya keluarga, anak atau istri yang menjadi tanggungannya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/virays/benarkah-polisi-jujur-hanya-ada-3_55487f0aaf7e61700a8b45ba
Saya mulai dengan babak baru artikel saya ke 1001, kali ini tentang Polri, Polisi Republik Indonesia, yang entah mengapa masyarakat kok jadi begitu alergi bila bicara tentang Polri. Bahkan bila bicara Polri yang jujur, katanya, hanya ada tiga, ini menurut Gus Dur, mungkin Gus Dur saat itu sedang bercanda, bukan serius, yaitu pertama, Pak Hugeng, Kapolri yang benar-benar hidupnya sederhana dan tak mempan disogok atau korupsi. Kedua, polisi tidur, dan yang ketiga patung polisi! Ironis sekali, kok sampai segitu “kejamnya” masyarakat pada Polisi, apa sih yang salah pada Polisi? Sampai-sampai bila bicara Polisi di Indonesia, yang jujur selalu yang dimunculkan tiga hal tersebut? Masa iya sekian ratus ribu Polisi di Indonesia semuanya tidak Jujur? Kalaupun ada yang jujur hanya satu, yaitu Pak Hugeng. Masa iya? Saya yakin tidak. Dan repotnya lagi, masa begitu “kejamnya” masyarakat pada Polisi, sampai-sampai membuat istilah jujur pada polisi tidur, dan patung polisi, terlalu! Apa sih yang menyebabkan Polri direndahkan sedemikian rupa oleh masyarakatnya sendiri? Oleh bangsanya sendiri? Dan ternyata hal tersebut tidak hanya terjadi Indonesia, di negara lain-lainpun bila bicara tanteng Polisi, selalu yang tidak baik, culun, dan korup. Masa iya semua polisi demikian? Saya yakin tidak, ya saya yakin seyakin-yakinnya tidak, banyak polisi yang hidupnya prihatin dan tetap menjujung tinggi integritas dirinya, di tengah-tengah kecaman terhadap dirinya sebagai anggota kepolisian Republik Indonesia. Ada diungkap beberapa media, Polisi yang sederhana, bersahaja dan tetap tegar ketika menjalankan tugas di tengah-tengah kecaman terhadapnya. Bisa anda bayangkan, betapa riskannya sebuah pekerjaan yang taruhanna nyawa, tetapi hasil kerjanya dicuekin, direndahkan, dikecilkan dan selalu dihinakan, dengan cerita tiga polisi jujur tersebut. Padahal kita tahu betapa banyak Polisi yang gugur di medan tugas, dengan meninggalkan istrinya, yang menjadi janda, dan anaknya, menjadi yatim, mengapa tidak melihat yang ini, mengapa yang dilihat selalu yang buruk, maka jadilah Polri selalu buruk dan menjatuhkan wibawa Polisi itu sendiri, kasihankan. Perkara ada yang buruk, okelah, tapi jangan lupa di intansi lain atau di lembaga lainnya, banyak juga yang buruk, lalu mengapa Polisi yang selalu disorot? Mengapa Polisi yang selalu dijadikan bahan ejekan atau hinaan? Bukankah Polisi telah bekerja keras mengamankan negeri ini di dalamnya? Bukankah mereka telah mempertarauhkan nyawanya agar masyarakat dapat nyenyak dalam tidurnya. Jangan lupakan itu. Loh ada apa nih kok tiba-toba Polisi dibelain? Bukan apa-apa, hanya mari kita dudukan Polisi secara proporsional saja, bila ada Polisi yang salah katakan salah, juga katakan yang benar, bila ada Polisi yang memang benar atau jujur. Jangan dipukul rata atau digeneralisasi, kasihan. Sudah berusaha untuk berbuat baik, tapi tetap saja di jelek-jelekan. Banyak Polisi yang juga taat ibadah, sebelum bertugas atau sedang bertugas, dengan pakaian seragamnya, mereka solat. Bahkan ditengah-tengah tugas, berhadapan dengan para demonstran, Polisi yang muslim, sampai sholat di tengah jalan, ini saya suka! Coba itu, lihat itu. Jadi jangan semuanya Polisi dianggap jelek, buruk, korup dan sebagainya. Banyak juga yang baiknya. Coba kalau semua Polisi tiba-tiba mogok massal, wah ini membahayakan negara, tidak ada yang mengamaninya atau tidak ada yang menjaga keamanan di dalam negeri, bahaya bukan? Nah coba, lihat begitu banyak cercaan pada Polisi, tapi anggota polisi tetap bekerja dengan baik, dan rasanya saya tak pernah mendengar ada polisi yang mogok atau di satuan Polda tertentu, misalnya mogok massal! Atau secara nasional di Hari Bhayangkara, misalnya Polisi mogok atau demonstrasi minta kenaikan gajinya? Apa jadinya kalau anggota Polisi secara nasional mogok? Atau anggota Polisi secara nasional tiba-tiba mengundurkan diri? Bukankah yang akan susah bangsa kita juga? Sudahlan, mari tempatkan Polisi secara proporsional, jangan selalu disudutkan, kalau selalu disudutkan bisa-bisa Polisi balas dendam. Mungkin itu yang terjadi ketika Polisi menangkap para komisioner KPK? Mungkin di puncak atasan mereka sudah begitu geram, Polisi disudutkan, atau Polisi mugkin, kalau ibarat manusia, sudah tak tahan dan tak sanggup lagi untuk menahan diri, maka tibalah balas dendam itu, semoga saya salah dalam hal ini. Nah sebagai penutup mari kita ucapkan terima kasih pada Polisi yang telah bertugas dengan susah payah dengan resiko nyawa melayang. Bahkan ada beberapa kejadian Polisi saling tembak pada sesamanya, atasan pada bawahan, dan bawahannya menembak atasan, bahkan ada juga yang sampai bunuh diri. Ada apa ini? Mungkin begitu banyak tekanan, sehingga Polisi, yang juga manusia biasa, berbuat diluar logika. Anggota Polisi juga manusia, punya hati dan perasaan, punya keluarga, anak atau istri yang menjadi tanggungannya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/virays/benarkah-polisi-jujur-hanya-ada-3_55487f0aaf7e61700a8b45ba

Selasa, 08 Desember 2015

Curahan Hati Seorang Polisi

Banyak cerita yang bilang polisi itu musuh masyarakat, banyak juga cerita yang bilang polisi hanya seseorang yang sombong dengan berlindung dibalik seragamnya. Namun itu mungkin hanya segelintir saja, karena menurut saya "POLISI JUGA MANUSIA".

Tidak jarang, para polisi itu harus menahan keluhan hatinya saat menunaikan tugas menjaga keamanan di masyarakat. Terutama, saat para polisi itu berhadap-hadapan secara fisik dengan masyarakat seperti dalam sebuah demonstrasi yang sedang marak sekarang ini.

"Kalau kami boleh demo, kami lebih depan dari Anda hai mahasiswa.
Kalau kami boleh bicara, kami bicara lebih lantang dari Anda wahai mahasiswa.
Andai kalian tidak anarkis, kami tidak akan berdiri tegap, namun berangkulan dengan Anda wahai mahasiswa.
Apakah kalian tidak paham bahwa kami juga merasakan pahitnya jika harga melambung tinggi.
Kalian pikir keluarga kami MAKAN PELURU.
STOP DEMO ANARKHIS, dukung kami menjaga aspirasi damai tanpa kekerasan."




Minggu, 06 Desember 2015

Jika Suamimu Seorang Polisi

Ketika seseorang memilih untuk menginjakkan kaki di dunia Kepolisian, maka dia telah menyerahkan sebagian besar hidupnya kepada masyarakat. Hanya sebagian kecil darinya yang dia ditinggalkan untuk keluarga, bahkan untuk dirinya sendiri.
Waktunya akan lebih banyak dihabiskan untuk orang lain daripada untukmu sebagai istri atau anak-anak. Pikiran dan tenaganya akan tercurah kepada orang-orang asing yang mungkin tidak akan mengingatnya dalam setiap doa, tidak sepertimu atau orang tuanya.
Kamu tahu? Dia akan lebih sering di rumah kantor daripada di rumahmu sendiri. Itu bukan karena dia menyukai Kantornya. Rumahmu tetaplah tempat yang membayang di pelupuk matanya setiap detik dia di Kantor ataupun Di Jalan. Karena KerjaanNya adalah tempat yang penuh tekanan.
Jika kamu bukan tenaga Keamanan, maka tidak akan terbayangkan seperti apa rasanya hidup di sana. Jangan heran jika seringkali mereka menyebutnya “Pasukan Bumi”.
Maka ketika dia terlihat dingin dan lelah, peluklah. Peluk sampai ke dalam lubuk hatinya.
Karena kamu mungkin tidak tahu bahwa Rekan Kerjanya baru saja meninggal dunia, atau KomandanNya baru saja memarahi dan menghukumnya, atau ada Masyarakat yang menyalahkan atas Tugasnya, atau rekan kerjanya yang tidak bisa diajak bekerja sama. Dengarkan ceritanya dengan sabar.
Jangan lupa ceritakan juga harimu padanya. Tawarkanlah untuk berdiskusi, karena kamu lebih dia percaya daripada siapapun di dunia.
Jika kamu menikahi seorang Polisi, jangan memiliki persepsi yang sama seperti kebanyakan orang, bahwa Polisi pasti kaya secara materi.
Sama seperti yang lain, dia akan mendaki dari bawah. Bahkan jam kerjanya di awal pendakian itu lebih banyak daripada profesi lain dengan imbalan yang pas-pasan. Tetaplah di sisinya, sama seperti dia yang selalu berusaha ada di sisimu.
Tetapi, sebanyak apapun Tugasnya, kamu dan kaluarga tetap menjadi prioritasnya. Dia akan menganggap dirinya sendiri sebagai Aparat Keamanan pribadimu.
Dia akan sangat kritis terhadap apapun mengenai dirimu yang terkait dengan Keamananmu, baik jasmani maupun rohani. Mungkin akan terdengar bawel, tapi itu adalah bentuk perhatiannya.
Seorang Polisi akan sangat perhatian kepada orang lain, tetapi tidak kepada dirinya sendiri. Maka tidak jarang kamu mendengar ironi tentang seorang Polisi meninggal dunia karena Tugas yang dilaksanakannya
Dia akan mendengarkan keluhan orang lain tapi mengabaikan keluhannya sendiri. Siklus makannya akan berantakan, begitu juga dengan waktu tidur yang jumlahnya dalam jam bisa dihitung dengan satu tangan saja.
Maka jadilah satu-satunya yang memperhatikan dia. Ingatkan untuk makan dan shalat, atau jika tidak sama sibuknya, bawakan makanan saat dia jaga malam. Kehadiranmu akan lebih menyenangkannya daripada makanan itu sendiri.












Senin, 30 November 2015

BENCANA ALAM LONGSOR

Telah terjadi longsor di Kampung Tagog, RT 12/03, Desa Kertamukti, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. 15/11/2015. Satu korban dinyatakan hilang.

Atas laporan warga diketahui korban atas nama Ujang Bustaman berusia 47 tahun dan tinggal di Kampung Pamoyanan RT 16/04, Desa Kertamukti.

Kejadian itu terjadi pukul 15.15 WIB saat hujan deras mengguyur kawasan itu. Menurut Pak Toyo, longsor tersebut berlangsung seketika menimbun rumah makan, apotek, dan satu rumah warga yang ada di bawahnya.

Ada tiga bangunan hancur, dan ada tiga unit kendaraan yang terbawa longsor, yaitu satu unit Mitsubishi SS, angkot, dan roda dua motor.


Sat Sabhara P0lres Tasikmalaya mengerahkan 99 personil berikut perlengkapan SAR dibantu oleh  Brimobda Polda jabar dan BPBD Kab Tasikmalaya.























Selasa, 20 Oktober 2015

PELATIHAN SIMULASI PEMILUKADA KAB TASIKMALAYA

Untuk mengantisipasi situasi Kamtibmas di wilayah hukum Polda Jabar Khusunya di wilayah Kab Tasikmalaya terkait dilaksakannya pemilukada serentak pada tanggal 09 Desember 2015. Pada hari Senin 19 Oktober 2015 Polres Tasikmalaya melaksanakan Simulasi pemilukada kab Tasikmalaya. Bentuk gangguan Kamtibmas yang diperkirakan terjadi pada saat kampanye pasangan calon bupati dan wakil bupati, pencoblosan, dan penetapan hasil rekapitulasi di Kpud Tasikmlaya. Gangguan Kamtibmas yang berlatar politis yang dapat mempenggaruhi persatuan dan kesatuan bangsa serta menganggu stabilitas keamanan nasional.
 
Polres Tasikmalaya dalam hal ini telah mempersiapkan berupa personil berikut sarana dan prasana guna mendukung lancarnyaPemilukada Kab Tasikmalaya Sat Sabhara sebagai unsur terdepan menyiapan 1 Kompi Dalmas  Awal , 1 Kompi Dalmas Lanjut , 1 peleton Negosiator , 3 Regu Unit Patroli berikut 3 unit Truk Dalmas, 1 unit Ran penerangan, 5 unit Ran Patroli, 15 unit Ran Raimas.


























Random Post